hmmmmm,,,
lgi kangen ma dumay nih,, plgi si dunia blog ini :D
sblumny makasih bwt yg udh memfollow n jga yg udh mw koment...
gamsahamnida :D
sarang haeyo ^_^
lgi gk pengen bnyk pendahuluan nih..
qt lgsg aja yakkk....
okokokokkk..
cek this chapter, please :D
Chapter 14 :
Air Mata Pertama si Cewek Jantan
Sejak kejadian yang kemarin-kemarin, aku dan Andi jadi semakin dekat. Seperti kali ini, aku minta bantuannya untuk menemaniku ke panti asuhan yang kemaren kukunjungi, untuk memberitahukan persetujuan dari perusahaan mengenai dana bantuan.
“Kita ngapaen kesini?” tanyanya.
“Knapa? Kemarin katanya mau bantuin aku. Aku itu ngajak kesini karna ada hubungannya dengan kegiatan aksi sosialku dan juga perusahaan tempatku freelance. Disini aku mau ngambil beberapa foto buat koleksiku.” jelasku yang sepertinya sedikit menenangkannya.
“Foto? Kau juga ngelakuin itu?” tanyanya antusias sedikit tak percaya.
“Cuma hobi aja. Mau nemenin?” tawarku manis.
“Okey.”
Segala kegiatan di panti asuhan ini kami jepret, dan tak lupa kami juga memotret diri kami untuk dijadikan kenang-kenangan. Segala gaya juga kami coba. Bahkan sempat ku ambil gambar Andi pada saat santai bermain dengan anak-anak panti. Ternyata nih anak CAMERA FACE juga.... Selama kegiatan ini kami asyik-asyik aja, ternyata Andi anaknya NOT BADlah.. tiba-tiba kuteringat dengan bayi yang kemaren pernah kujumpai di panti asuhan ini.
“Kau mau kukenalkan dengan seseorang???” tanyaku pada Andi.
Tanpa ia menjawab ku segera menarik tangannya menuju suatu ruangan.
Lalu aku meminta ibu itu untuk mengantarku ke tempat bayi itu sekarang. Sesampainya di ruangan itu,,aku memperkenalkan pada bayi yang kemaren kujumpai. Kuperhatikan Andi menggendong manja bayi itu. Kudekati mereka. Dan gantian kugendong bayi itu. Kuusapi wajahnya, begitu halus dan terawat. Tanpa kusadari air mataku kembali menitik, mengingat kembali orang tua mana yang tega membuang bayi yang cantik dan tak berdosa seperti ini??
“Hai, cantik.... bagaimana keadaanmu hari ini?? Kau baik-baik saja kan???” tanyaku memanjakan si bayi.
“Usap air matamu. Kau terlihat sangat rapuh jadinya.” bisik Andi padaku. Lalu aku mengusap air mataku.
Hampir 3 jam kami ada di tempat itu. Dan kesepakatan pun terjadi antara pihak kami dan juga ibu panti. Kesepakatan untuk membantu biaya semampu kami untuk panti asuhan ini agar tetap berdiri menjadi rumah pengganti bagi mereka yang terbuang.
“Kenapa tadi menangis?” tanya Andi.
“Hah??.. oh.. biasalah namanya juga perempuan. Ngelihat atau ngedenger sesuatu yang mengharukan pasti mengalir tuh air mata.” kataku santai.
“Gak nyangka ya, ternyata di balik sosok kamu sebagai cewek yang kuat malah tersembunyi pribadi yang lemah dan rapuh.” kata Andi melirikku.
“Setiap manusia pasti ada kekurangannya.”
Selesai semuanya, kami berpamitan karna jam makan siang, kami pun mencoba makanan di resto setempat. Kami pesan segala jenis makanan yang tak kami temukan di mall, hingga meja kami penuh.
“Banyak juga pesanan kita, kira-kira habis gak ya??” tanya Andi, menggaruk kepalanya (yang mungkin berketombe).
“Iya ya...” kataku, memandang lemas makanan yang ada di meja. Satu persatu kami coba makan perlahan-lahan.
“Hey.. kata Edi, kau lebih banyak teman cowok ya??” tanya Andi serius.
“Lumayan lah dibanding teman cewek. masih ingat ama temen-temen ceek yang ku kenalin kemaren?? Nah cuma mereka ntu temen cewekku.” jawabku enteng.
“Tapi kau kan tetep cewek, yang butuh seorang pria sebagai tempat berlindung.”
“Emang sih.. Ehh tunggu, kau gak lagi mengintrogasi aku kan?” tanyaku sambil menyipitkan mataku yang emang sudah sipit dari sononya.
“Ekspresinya gak mesti sampe gitu juga kaleeee...” mendengar Andi berkata seperti itu, membuatku menormalkan mataku.
“Kuperhatikan kau agak berbeda dengan Andi yang kukenal waktu dirumah kemarin?” tanyaku balik mengintrogasi.
“Tiap orang pasti punya sisi yang berbeda, tergantung mood-lah.”
“Tapi.. kau bukan orang berkepribadian ganda kan?” tanyaku dengan tatapan curiga.
“Kau ini ada-ada saja.” jawabnya sambil melempar tissu bekasnya.***